Halaman

Rabu, 07 Maret 2012

ANIMAL PSIKOLOGY

Ilmu perilaku hewan, ilmu perilaku satwa atau juga disebut etologi adalah suatu cabang ilmu  yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme serta faktor-faktor penyebabnya. Meski sepanjang sejarah telah banyak naturalis yang mempelajari aneka aspek dari tingkah laku hewan. 
Ilmu perilaku hewan, pada keseluruhannya merupakan kombinasi kerja-kerja laboratorium dan pengamatan di lapangan, yang memiliki keterkaitan yang kuat. Seorang ahli perilaku hewan umumnya menaruh perhatian pada proses-proses bagaimana suatu jenis perilaku (misalnya agresif) berlangsung pada jenis-jenis hewan yang berbeda. Meski ada pula yang berspesialisasi pada tingkah laku suatu jenis atau kelompok kekerabatan hewan yang tertentu. Ahli perilaku hewan juga disebut etologi.

Pola Aksi dan komunikasi hewan tertentu. Langkah penting,Lorenz membuatnya terkenal sebagai tanggapan naluriah yang akan terjadi yang dapat dipercaya dalam kehadiran stimuli yang dapat dikenali (disebut stimuli tanda atau stimuli pembebasan). Pola aksi tertentu ini kemudian dapat dibandingkan melintasi spesies, serta persamaan dan perbedaan antara perilaku yang dibandiangkan dengan persamaan dan perbedaan dalam morfologi yang mana taksonomi berdasar.Para etolog mencatat bahwa stimuli yang membebaskan pola aksi tertentu umumnya menonjolkan kemunculan atau perilaku anggota lain spesies mereka sendiri, dan mereka dapat menunjukkan bagaimana bentuk penting komunikasi yang dapat ditengahi dengan pola aksi tertentu yang sedikit sederhana. Lorenz mengembangkan teori menarik dari evolusi komunikasi binatang berdasarkan pada pengamatannya terhadap alam pola aksi tertentu dan keadaan yang mana hewan memancarkannya.

Etologi dapat dibedakan dengan Psikologi Komparatif, yang juga mempelajari perilaku hewan, namun menguraikan studinya sebagai cabang Psikologi. Jadi di mana psikologi komparatif memandang studi perilaku heawan dalam konteks dari apa yang dikenal sebagai psikologi manusia, etologi memandang studi perilaku hewan dalam konteks dari apa yang dikenal tentang Anatomi dan Fisiologi hewan. Lebih lanjut, psikolog komparatif awal berkonsentrasi pada studi pembelajaran, dan kemudian cenderung melihat pada perilaku dalam keadaan buatan, sedangkan para etolog awal berkonsentrasi pada perbuatan dalam keadaan alami, cenderung mendeskripsikannya naluriah. Kedua pendekatan ini saling melengkapi daripada bersaing, namun menimbulkan perspektif yang berbeda dan kadang-kadang bertentangan dengan pendapat tentang zat bahan.  
Di samping itu, selama kebanyakan abad ke 20 psikologi komparatif berkembang paling kuat di Amerika Utara, sedangkan etologi lebih kuat di eropa, dan ini menimbulkan perhatian berbeda seperti tiang pondasi filsafat yang agak berbeda dalam kedua studi itu. Perbedaan praktik ialah bahwa psikologi komparatif berkonsentrasi pada perolehan pengetahuan luas dari perilaku spesies yang lebih sedikit, sedangkan etolog lebih tertarik dalam perolehan pengetahuan dari perilaku dalam jajaran spesies yang luas, tak sekurangnya agar bisa membuat perbandingan berdasar kuat melintasi kelompok taksonomi. Para etolog telah membuat lebih banyak penggunaan dari  yang sebenarnya dari pada yang pernah diperoleh para psikolog komparatif.
Penelitian mengungkapkan bahwa hewan pun memiliki kemampuan bunuh diri dikala merasa depresi atau putus asa. Sebuah studi tentang sejarah hewan bunuh diri baru-baru ini diungkap dalam jurnal Endeavor. Dikatakan, pada tahun 1800 an terjadi peristiwa dimana seekor anjing Newfoundland mencoba menenggelamkan diri berkali-kali karena depresi. Dan, akhirnya usaha anjing ini berhasil, dia mati tenggelam. Contoh hewan-hewan yang mampu bunuh diri yaitu salah satunya  kucing yang bunuh diri setelah kematian dua anaknya, juga kisah rusa yang melarikan diri karena kejaran gerombolan anjing. Ketika ia merasa terjepit, dia memilih menerjunkan diri di jurang ketimbang menjadi mangsa kawanan anjing. Lalu diungkap juga kutu daun kacang yang menghancurkan diri ketika terancam kepik. Begitu juga gurita yang menggigit dirinya sendiri sampai mati dalam situasi terjepit.Seperti halnya manusia, ternyata psikologis bayi monyet juga tidak berkembang secara sempurna jika ia dijauhkan dari induknya. Ilmuwan China, Xiaoli Fenga dan Lina Wang dari Universitas Hong Kong, meneliti tentang fungsi pengasuhan induk monyet dan hubungannya dengan kondisi psikologis bayi monyet.


Ada kalanya bayi monyet harus dipisahkan dari induknya, misalnya, dalam kondisi induk tidak bisa menghasilkan susu, atau jika induk tidak mampu mengurus bayinya sendiri. Ilmuwan membandingkan 22bayi monyet yang diurus induknya dan 13 monyet yang dirawat dalam inkubator selama sebulan. Pada usia tujuh bulan, mereka semua kemudian digabung untuk bersosialisasi Ternyata, saat hidup di tengah sesamanya, monyet yang dirawat bukan oleh induknya mengalami masalah sosialisasi, bahkan selama 1,5 hingga 3 tahun. Diberitakan PhysOrg, Fenga dan Wang menemukan, bayi monyet mengalami kondisi stres saat dipisahkan dari induknya. Si bayi akan gelisah, cemas, dan punya kemampuan sosial rendah. Mereka lebih kesulitan mengatasi stres jika dibandingkan dengan monyet yang diasuh induk. Mereka juga lebih mudah depresi, gerakannya lebih lambat, suka mengemut jemarinya sendiri, dan tanda-tanda kecemasan lain. Perilaku hewan adalah studi ilmiah dari segala hewan, apakah hewan adalah organisme bersel tunggal, serangga, burung, mamalia, ikan, atau manusia. Tidak ada konflik (pertengkaran) antara lain spesies, tidak adanya gangguan dari hewan pemangsa (predator) yang dapat membuat hewan stress sehingga dapat menggangu psikis dan fisiologis dari hewan tersebut sehingga tidak dapat tumbuh dan berproduksi secara maksimal. Semua hewan (peternakan, hewan kerja, kesayangan, percobaan, untuk pertunjukan, bahkan yang masih liar sekalipun) menginginkan adanya kondisi lingkungan yang alamiah, aman dan nyaman. Perlakuan yang menyiksa dan menyakiti hewan dapat membuat hewan stress dan tidak sejahtera.
Hewan yang stress bila dibiarkan terus berlanjut dapat berakibat buruk pada gangguan reproduksi, metabolisme, tingkah laku dan pertumbuhan serta perkembangan hewan tersebut. Dari sudut pandang dokter hewan, stress merupakan bahaya potensial yang berdampak pada semua aspek kesehatan hewan. Sehingga hewan memerlukan kesejahteraan yang di sebut “ Animal welfare”. Animal welfare merupakan  suatu usaha yang timbul dari kepedulian kita memberikan lingkungan yang sesuai untuk hewan. Sehingga dapat meningkatkan kwalitas hidup dari hewan tersebut, khususnya bagi hewan yang terikat dan terkurung. Dalam Animal Welfare disebutkan ada lima kebebasan yang harus dimiliki oleh setiap hewan untuk dapat hidup dan berproduksi dengan baik. Kelima kebebasan tersebut adalah:
1.      Bebas dari rasa lapar dan haus.
Yang dimaksud disini adalah tersedianya makanan (pakan) dan air minum dalam jumlah yang cukup, higienis dan memenuhi kandungan gizi yang sesuai dengan keperluan masing-masing hewan. Pemberian pakan harus tepat dan proporsional sehingga pertumbuhan hewan dapat maksimal dan dapat berproduksi sebagaimana mestinya.
2.      Bebas dari rasa panas dan tidak nyaman
Adanya tempat berteduh, tempat untuk beristirahat dan fasilitas yang sesuai dengan perilaku hewan.
3.      Bebas dari luka, sakit dan penyakit
Bagaimanapun juga hewan adalah makhluk hidup yang bisa merasakan sakit. Pengobatan dan pencegahan penyakit, diagnosa yang cepat dan tepat dari dokter hewan serta lingkungan yang higienis sehingga kuman yang patogen (berbahaya) dapat dicegah dan dikontrol.
4.      Bebas mengekspresikan perilaku normal dan alaminya
Tersedianya tempat tinggal yang sesuai dan memadai dengan fasilitas kandang yang sesuai dengan perilaku (behavior) hewan dan adanya teman untuk berinteraksi sosial.
5.      Bebas dari rasa takut dan penderitaan
Bidang perilaku hewan berkaitan dengan memahami penyebab, fungsi, pengembangan, dan evolusi perilaku. Penyebab perilaku mencakup semua rangsangan yang mempengaruhi perilaku, baik eksternal (makanan atau predator) atau internal (hormon atau perubahan sistem saraf). Fungsi dari perilaku mencakup baik efek langsung pada perilaku binatang (seperti menarik pasangan), dan signifikansi adaptif perilaku dalam lingkungan tertentu (seperti berkerumun bersama-sama dalam cuaca dingin). Perkembangan perilaku berkaitan dengan cara-cara di mana perilaku berubah selama masa binatang. Evolusi perilaku berkaitan dengan asal-usul pola perilaku dan bagaimana perubahan dari generasi ke generasi hewan

(Untuk memenuhi tugas ekologi hewan. Prodi Biologi UMM)


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar